Senin, 20 Januari 2014

Formalin Alami dari Tempurung Kelapa

Kelapa adalah salah satu komoditi andalan Indonesia yang setiap bagian tanamannya dapat dimanfaatkan antara lain menjadi: (1) Sabut: Cocomesh, Cocopot, Ccocpeat, Pupuk Cocopeat, Coir Fiber, Keset, Sapu, Matras, bahan pembuat Spring Bed; (2) Tempurung: Charcoal, Karbon Aktif, Asap Cair dan Kerajinan Rumah Tangga seperti tas, rel gorden, cup lampu, peci, manik-manik/kancing, dan cinderamata lainnya; (3) Daging Buah: Kopra, Minyak Kelapa, Coconut Cream, Santan, Kelapa Parutan Cream, Virgin Coconut Oil (VCO); (4) Air Kelapa: Cuka, Nata de Coco; (5) Batang Kelapa: Bahan Bangunan untuk rangka atau atap; (6) Daun kelapa: Lidi untuk Sapu, Barang Anyaman; (7) Nira Kelapa: Gula Merah.
Tempurung kelapa digunakan juga sebagai pengawetan kayu, makanan, minuman, penggumpalan lateks dan penyamakan kulit. Pengawetan dilakukan agar produk dapat disimpan dalam waktu yang lama.
Selama ini formalin banyak digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan, selain harganya yang murah, penggunaan formalin sangat berbahaya bagi tubuh antara lain gangguan pencernaan, iritasi mata, iritasi hidung, bahkan sampai kanker yang dapat menyebabkan kematian.
Melihat kondisi tersebut, asap cair (liquid smoke) menjadi solusinya. Asap cair adalah campuran larutan dari disperse asap kayu dalam air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap cair hasil dari pirolisis. Asap cair hasil pirolisis ini tergantung pada bahan dasar dan suhu pirolisis. Asap cair selain berfungsi untuk mengawetkan bahan makanan juga memberi aroma dan cita rasa yang khas pada makanan.
Perbandingan Asap Cair dan Formalin sebagai bahan pengawet makanan
Mengapa formalin tidak diperbolehkan dalam mengawetkan makanan?
Karena senyawa formalin biasanya digunakan dibidang kedokteran untuk mengawetkan mayat dengan tujuan mempelajari anatomi dan patologi tubuh manusia.
Efek samping penggunaan formalin adalah sebagai berikut:
1. Bersifat iritan pada mata, hidung, saluran pernafasan, menimbulkan bersin.
2. Disphagia
3. Kontraksi laring ( sesak nafas )
4. Bronchitis dan pneumonia
5. Asma
6. Dermatitis dan reaksi sensifitas
7. Ulcerasi dan nekrosis pada jaringan mucus
8. Hematemesis dan diare disertai darah
9. Hematuria ( adanya darah dalam urine )
10. Anuria ( tidak ada urine )
11. Asidosis, vertigo dan kegagalan sirkulasi.
Kematian dapat terjadi setelah menghirup sebanyak 30 ml
Tabel Perbandingan Formalin dan Asap cair

Asap cair
Formalin
Asal Bahan alam,mudah didapat Bahan kimia, susah didapat
Bau Khas asap cair Menyengat khas formalin, aroma terbakar
Efek samping Aman, tidak ada efek samping Membahayakan kesehatan
Warna Kekuningan sampai kecoklatan Jernih
Keuntungan Aman bagi kesehatan maupun lingkungan Berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan
Ekonomis Ekonomis, harga variative dari 6.000 -15.000 per liter Lebih mahal , 20.000 per liter
Daya pengawet lama lama
Ada tiga kelompok senyawa penyusun terbesar dalam asap cair yang bekerja saling sinergis yang berfungsi sebagai pengawet ,yaitu :
1. Senyawa Fenolat
Fenol diduga berperan sebagai anti oksidan dengan aksi mencegah proses oksidasi senyawa protein dan lemak sehingga proses pemecahan senyawa tersebut tidak terjadi dan memperpanjang masa simpan produk yang diasapkan. Senyawa Fenol yang terdapat dalam asap cair terbanyak adalah Guaiakol dan Siringol.
2. Senyawa Karbonil
Senyawa ini berperan pada cita rasa dan pewarnaan pada produk yang diasap . Jenis senyawa karbonil yang ada dalam asap cair antara lain Vanilin dan Siringaldehida.
3. Senyawa asam
Senyawa asam bersama-sama senyawa fenol dan karbonil secara sinergis sebagai anti mikroba sehingga dapat menghambat peruraian dan pembusukan produk yang diasap. Senyawa asam terbanyak yang terkandung dalam asap cair adalah turunan asam karboksilat seperti furfural, furan dan asam asetat glacial.
4. Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis ( PAH )
Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis ( PAH ) yang ada seperti benzopiren bersifat karsinogenik. Dalam jumlah sangat kecil sekali.
Bahan Baku dan Aplikasi
Untuk menghasilkan asap yang baik pada waktu pembakaran sebaiknya menggunakan jenis kayu keras seperti kayu bakau, rasa mala, serbuk dan serutan kayu jati serta tempurung kelapa, sehingga diperoleh ikan asap yang baik. Hal tersebut dikarenakan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu keras akan berbeda komposisinya dengan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu lunak. Pada umumnya kayu keras akan menghasilkan aroma yang lebih unggul, lebih kaya kandungan aromatik dan lebih banyak mengandung senyawa asam dibandingkan kayu lunak.
Asap Cair (Liquid smoke) dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet alami yang dapat digunakan dalam industri ikan, daging, tahu dan mie.
Produk yang telah diawetkan dengan asap cair mampu bertahan hingga 2 bulan. Penggunaan asap cair hanya 1:10 atau 1 bagian asap cair dicampur dengan 9 bagian air untuk Bakso, 1:19 untuk mie. Asap cair pada industri pangan cukup digunakan 25% + 75% air kemudian digunakan untuk merendam ikan dan daging selama 15 menit. Pengawetan dengan merendam ikan dan daging pada asap cair ini bisa bertahan selama 25 hari.
Pasar internasional untuk produk asap cair ini meliputi Amerika, Eropa, Afrika, Australia, dan Amerika Selatan. Asap cair ini telah diaplikasikan pada pengawetan daging, termasuk daging unggas, kudapan dari daging, ikan salmon dan kudapan lainnya. Asap cair juga digunakan untuk menambah citarasa pada saus, sup, sayuran dalam kaleng, bumbu, rempah-rempah dan lain-lain
Selain itu Asap Cair dapat digunakan sebagai pengganti Asam Semut pada proses penggumpalan karet, penggunaan asap cair dalam proses tersebut akan menurunkan biaya produksi karet dan kualitas karet menjadi lebih baik. Asap Cair juga dapat digunakan sebagai pengawet kayu terutama untuk memberikan Coating terhadap mebel kayu terutama dari serangan bubuk kayu dan jamur. Asap Cair juga dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam proses penyamakan kulit, dari uji aplikasi yang dilakukan terbukti asap cair dapat mempertahankan keawetan kulit yang telah disamak.
Tahapan Proses Asap Cair
Tahap I (Pemisahan Material dengan Pemanasan Tanpa Api Langsung)
1. Tempurung kelapa setelah dibersihkan sabutnya
2. Tempurung kelapa dicacah sehingga berukuran kecil dengan menggunakan Chruser
3. Masukkan cacahan tempurung kelapa kedalam tangki pirolisator, kemudian dipanaskan pada suhu 250-350oC selama

Sumber : puragroup.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar